Naskah Akademik - Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
MTs Arabic - Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan besar, baik di level nasional maupun global. Ketidakpastian masa depan, perkembangan teknologi yang sangat cepat, hingga disrupsi sosial dan ekonomi, menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama. Dalam konteks pendidikan, berbagai persoalan turut muncul, mulai dari krisis pembelajaran, rendahnya hasil asesmen literasi dan numerasi, hingga kesenjangan efektivitas antar sekolah. Sementara itu, tantangan internal lainnya seperti rendahnya kompetensi guru dan beban kerja administratif yang tinggi membuat kualitas pembelajaran semakin menurun.
Namun, tantangan ini juga menyimpan peluang. Indonesia memiliki keberagaman budaya, kekayaan sumber daya manusia, dan momentum bonus demografi yang luar biasa pada tahun 2035 nanti. Ditambah lagi, visi besar “Indonesia Emas 2045” memberi arah strategis agar pendidikan benar-benar menjadi tulang punggung peradaban dan kemajuan bangsa.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi kompleksitas tantangan ini adalah mendorong transformasi pendidikan nasional secara terstruktur, sistemik, dan masif. Transformasi ini tidak sekadar mengganti kurikulum, namun lebih dalam lagi: mengubah cara belajar dan cara mengajar. Inilah yang melahirkan pendekatan Pembelajaran Mendalam (PM) sebagai fondasi perubahan pendidikan Indonesia ke depan.
Mengapa Pembelajaran Mendalam?
Pembelajaran Mendalam bukanlah pendekatan yang sepenuhnya baru. Sejak tahun 1970-an, Indonesia telah mengenal berbagai pendekatan seperti CBSA, PAKEM, hingga CTL. Namun, berbagai pendekatan tersebut belum mampu mengatasi persoalan mendasar dalam pembelajaran. PM hadir untuk menyempurnakan pendekatan yang sudah ada, dengan menekankan pada pengalaman belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful).
PM bukan kurikulum, tetapi pendekatan yang dapat diterapkan dalam kerangka kurikulum apa pun, termasuk Kurikulum Merdeka. Inti dari PM adalah bagaimana peserta didik benar-benar “mengalami” pembelajaran, bukan sekadar mendengarkan dan mencatat. Mereka diajak berpikir kritis, berkreasi, berkolaborasi, dan merefleksikan proses belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih holistik, tidak hanya melibatkan otak, tetapi juga hati, rasa, dan raga.
Komponen Utama PM
Pendekatan ini dirancang dalam kerangka kerja yang mencakup empat komponen utama:
- Dimensi Profil Lulusan, yaitu karakter dan kompetensi utama yang harus dimiliki peserta didik, meliputi keimanan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.
- Prinsip Pembelajaran, yaitu kesadaran, makna, dan kegembiraan sebagai ruh dari kegiatan belajar.
- Pengalaman Belajar, berupa serangkaian kegiatan yang mendorong siswa memahami, menerapkan, dan merefleksikan pengetahuan dan nilai.
- Kerangka Pembelajaran, yang mengatur praktik pedagogis, lingkungan belajar, kemitraan, serta penggunaan teknologi digital dalam mendukung proses belajar.
Melalui keempat komponen tersebut, PM menjadi pendekatan yang sangat fleksibel dan adaptif. Ia memungkinkan guru mengembangkan pembelajaran kontekstual, menyentuh dunia nyata peserta didik, dan mendorong mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Guru sebagai Penggerak Transformasi
Implementasi PM tentu tidak bisa berjalan tanpa keterlibatan aktif guru. Oleh karena itu, sejumlah rekomendasi telah disusun agar guru dapat menjalankan perannya secara maksimal. Salah satunya adalah pengurangan beban kerja administratif, sehingga guru punya lebih banyak waktu untuk merancang dan mengevaluasi pembelajaran.
Selain itu, guru perlu didampingi melalui pelatihan terintegrasi dan program mentoring, baik secara individu maupun dalam komunitas belajar seperti MGMP dan KKG. Komunitas-komunitas ini menjadi ruang strategis untuk berbagi praktik baik dan solusi atas tantangan yang dihadapi di lapangan.
Dalam jangka panjang, seleksi calon guru melalui PPG (Pendidikan Profesi Guru) juga harus diperbaiki, dengan mempertimbangkan integritas, kompetensi akademik, dan panggilan jiwa sebagai pendidik. Kurikulum PPG pun perlu menekankan materi seperti nilai-nilai kemanusiaan, pendidikan karakter, serta pola pikir bertumbuh (growth mindset).
Sinergi Pemangku Kepentingan
Transformasi pendidikan melalui PM tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan dukungan kepala sekolah yang menjadi pemimpin pembelajaran, serta pengawas pendidikan yang memiliki kapasitas dalam melakukan supervisi dan pendampingan. Di sisi lain, peran orang tua, masyarakat, hingga Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) juga tidak kalah penting.
Ekosistem pendidikan yang kolaboratif dan terbuka akan memperkuat pelaksanaan PM di satuan pendidikan. Sekolah tidak lagi menjadi institusi yang tertutup, tetapi menjadi pusat pembelajaran masyarakat yang hidup dan tumbuh bersama.
Peran Teknologi dan Buku Pembelajaran
Pemanfaatan teknologi digital juga menjadi salah satu pilar dalam implementasi PM. Teknologi tidak hanya digunakan untuk pembelajaran daring, tetapi juga untuk asesmen, pengelolaan data pembelajaran, pemberian umpan balik, serta kolaborasi lintas sekolah dan komunitas.
Begitu juga dengan penyusunan Buku Guru dan Buku Siswa yang sesuai dengan prinsip PM. Buku Guru harus menjadi panduan praktis untuk menyusun pembelajaran yang kontekstual dan menggembirakan. Sedangkan Buku Siswa harus dirancang agar tidak kaku dan membosankan, melainkan membantu mereka bereksplorasi dan berefleksi.
Asesmen dalam PM: Lebih Holistik dan Autentik
Dalam PM, asesmen bukan hanya angka. Penilaian diarahkan pada bagaimana siswa memahami proses belajar dan mengaitkannya dengan kehidupan. Maka, asesmen formatif dan sumatif tetap dilakukan, tetapi fokus utama adalah asesmen otentik yang menilai secara holistik kompetensi siswa.
Asesmen nasional tetap dilakukan, namun tidak lagi menjadi penentu tunggal kelulusan. Sebaliknya, asesmen diarahkan untuk pemetaan mutu pendidikan dan sebagai bahan refleksi untuk pengembangan kebijakan pendidikan ke depan.
Penutup: Transformasi yang Tak Bisa Ditunda
Transformasi pendidikan bukan sekadar wacana, tapi kebutuhan mendesak. Pendekatan Pembelajaran Mendalam menjadi jembatan menuju sistem pendidikan Indonesia yang berkualitas, adil, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Keberhasilan implementasi PM akan sangat bergantung pada keterlibatan aktif semua pihak. Guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dunia usaha, hingga pemerintah daerah dan pusat — semua memiliki peran penting untuk saling bersinergi. Mari kita mulai dari ruang kelas, dari cara kita memuliakan proses belajar dan setiap insan pembelajar di dalamnya.
Unduh Dokumen Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam
Bapak/Ibu Guru yang kami hormati, sebagai bagian dari upaya bersama dalam mendukung transformasi pendidikan nasional, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah menyusun Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam yang dapat dijadikan acuan dalam merancang proses pembelajaran yang lebih berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan di satuan pendidikan masing-masing.
Silakan mengunduh dokumen lengkapnya di bawah ini:
atau melalui tautan di bawah ini: