Indonesia Website Awards
Showing posts with label Modul Pedagogik. Show all posts
Showing posts with label Modul Pedagogik. Show all posts

Friday, December 4, 2020

Materi Modul 6 KB 4 - Menelaah Tes Hasil Belajar

 
"Hasil penilaian merupakan cerminan prestasi dan tingkah laku peserta didik selama melakukan kegiatan belajar"
MTs Arabic - Analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: analisis secara teoritik (kualitatif) dan analisis secara empiris (kuantitatif). Analisis secara teoritis adalah telaah soal yang difokuskan pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat, aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, dan aspek bahasa berkaitan dengan kejelasan hal yang ditanyakan. Analisis empiris adalah telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba). Pada modul ini Anda akan mempelajari penelaahan kualitas tes bentuk objektif, pengolahan hasil tes, dan pemanfaatan hasil tes.

Penelaahan kualitas soal bentuk objektif pada aspek materi dimaksudkan untuk mengetahui apakah materi yang diujikan sudah sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang ditetapkan, dan apakah materi soal sudah sesuai dengan tingkat atau jenjang kemampuan berpikir peserta tes, serta apakah kunci jawaban sudah sesuai dengan isi pokok soal. Telaah kualitas soal pada aspek konstruksi dimaksudkan untuk mengetahui teknik penulisan butir-butir soal sudah merujuk pada kaidah-kaidah penulisan soal yang baik. Pada aspek bahasa, telaah soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan cukup jelas dan mudah dimengerti, tidak menimbulkan multi interpretasi, serta sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa yang berlaku.

Analisis karakteristik butir soal mencakup analisis parameter kuantitatif dan kualitatif butir soal. Parameter kuantitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas tingkat kesukaran, daya beda, dan keberfungsian alternative pilihan jawaban. Parameter kualitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas pertimbangan ahli (expert judgemeni).

Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik tes akan berupa data kuantitatif. Data tersebut merupakan data mentah yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Guru melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai perencanaan penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah selesai melakukan penilaian (pengujian), Guru mengolah atau melakukan pemeriksaan hasil penilaian. Lembar jawaban bentuk pilihan ganda dapat diperiksa secara manual atau menggunakan alat pemindai. Lembar jawaban soal bentuk uraian diperiksa secara manual oleh Guru sesuai mata pelajaran dengan mengacu pada pedoman penskoran. Apabila dalam suatu tes terdapat dua bentuk soal, yaitu uraian dan soal objektif (misalnya pilihan ganda), maka nilai akhir merupakan gabungan nilai soal pilihan ganda dan nilai soal uraian, sesuai dengan bobot yang telah direncanakan.

Pada prinsipnya nilai akhir suatu mata pelajaran adalah gabungan dari seluruh pencapaian KD yang ditargetkan. Dengan demikian, pendidik harus membuat tabel spesifikasi yang memuat macam KD dan pencapaian hasil setiap KD, termasuk aspek yang dinilai dalam setiap KD. Pendidik juga harus membuat pembobotan atas dasar hasil yang diperoleh sesuai dengan jenis penilaian yang dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa yang lebih penting adalah penilaian harus terbuka dalam arti bahwa peserta didik sejak awal sudah memahami bagaimana pendidik dalam menilai keberhasilan belajarnya.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 6 KB 4 tentang Menelaah Tes Hasil Belajar di bawah ini :

Download Materi Menelaah Tes Hasil Belajar

Demikian artikel tentang Menelaah Tes Hasil Belajar. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 6 KB 3 - Menulis Tes Hasil Belajar

 
"Guru harus memiliki pemahaman dan keterampilan untuk mengembangkan atau menulis instrumen penilaian, termasuk tes. Penulisan tes hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai kaidah penulisan tes yang baik."
MTs Arabic - Penulisan tes hasil belajar hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah: (a) Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan bentuk pelaksanaan tes, (c) Penyusunan kisi-kisi tes,(d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan butir soal, (f) Uji coba/analisis, (g) Perakitan soal/perangkat tes. Setelah perakitan soal tes tersebut selesai dilakukan, maka perangkat tes siap digunakan untuk pelaksanaan tes.

Perumusan tujuan tes harus dilakukan dengan memperhatikan untuk apa tes tersebut disusun. Tes hasil belajar disusun umumnya digunakan untuk penempatan, diagnostik, perkembangan hasil belajar, dan tujuan lainnya. Berdasarkan tujuan tes, langkah selanjutnya adalah menetapkan bentuk pelaksanaan tes, misalnya tes tertulis bentuk uraian. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi: (a) menentukan Kompetensi (KD) yang akan diukur; (b) memilih materi esensial yang representatif; dan (c) merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan memperhatikan materi.

Kaidah-kaidah penyusunan soal tes uraian antara lain: Soal harus sesuai dengan indikator; Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas; Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai; Tabel, gambar, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna; Rumusan butir soal menggunakan bahasa sederhana dan komunikatif. Soal tes hendaknya memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas,

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 6 KB 3 tentang Menulis Tes Hasil Belajar di bawah ini :

Download Materi Menulis Tes Hasil Belajar

Demikian artikel tentang Menulis Tes Hasil Belajar. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 6 KB 2 - Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

 
"Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh berimbang antara kompetensi pengetahuan, sikap,dan keterampilan"
MTs Arabic - Penilaian otentik adalah merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar peserta didik yang didasarkan atas kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata di sekitarnya. Makna otentik adalah kondisi yang sesungguhnya berkaitan dengan kemampuan peserta didik. Dalam kaitan ini, peserta didik dilibatkan secara aktif dan realisitis dalam menilai kemampuan atau prestasi mereka sendiri. Dengan demikian, pada penilaian otentik lebih ditekankan pada proses belajar yang disesuaikan dengan situasi dan keadaan sebenarnya, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pada penilaian otentik, peserta didik diarahkan untuk melakukan sesuatu dan bukan sekedar hanya mengetahui sesuatu, disesuaikan dengan kompetensi mata pelajaran yang diajarkan. Di samping itu, pada penilaian otentik, penilaian hasil belajar peserta didik tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik. Dibandingkan dengan penilaian tradisonal yang selama ini banyak dilakukan oleh pendidik, penilaian otentik lebih dapat menunjukkan hasil belajar yang komprehensip.

Dilihat dari sifat dan proses pelaksanaannya, penilaian otentik sering disamakan artinya dengan beberapa istilah dalam penilaian, yaitu penilaian berbasis kinerja, penilaian langsung, dan penilaian alternatif. Penilaian otentik diseebut juga sebagai penilaian berbasis kineija karena peserta didik diminta untuk melakukan tugas-tugas belajar yang bermakna. Penilaian otentik disebut juga sebagai penilaian langsung karena mampu memberikan bukti secara langsung dan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan. Penilaian otentik disebut juga dengan istilah penilaian alternatif karena penilaian otentik merupakan suatu alternatif bagi penilaian tradisional.Jadi dapat dikatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang menyeluruh berkaitan dengan kompetensi dalam belajar, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan maupun psikomotor. Di samping itu, penilaian otentik lebih mengutamakan proses daripada hasil pembelajaran dan lebih menekankan praktek daripada teori yang diterima di kelas, yang kesemuanya dilakukan sesuai dengan kondisi yang nyata di lapangan.

Dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif untuk menumbuhkan keaktifan dan kreativitas peserta didik maka penilaian otentik adalah sangat tepat oleh pendidik. Secara rinci tujuan dilakukannya penilaian otentik antara lain adalah:penilaian autentik memiliki beberapa tujuan. Apa saja tujuannya ?

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 6 KB 2 tentang Penilaian Otentik (Authentic Assessment) di bawah ini :

Download Materi Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Demikian artikel tentang Penilaian Otentik (Authentic Assessment). Semoga bermanfaat.

Materi Modul 6 KB 1 - Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi

 
"Penilaian, pengukuran, dan tes memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan program pembelajaran yang sudah dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)."
MTs Arabic - Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari semua orang pasti selalu melakukan pengukuran, misalnya mengukur waktu, kecepatan, jarak, berat, suhu, dan sebagainya. Hasil pengukuran tersebut selalu diikuti dengan satuan sesuai dengan karakteristik obyek yang diukur sehingga memberikan informasi yang bermakna. Tanpa ada satuan yang mengikuti hasil pengukuran maka informasi yang diperoleh tidak memberikan makna apa-apa. Intinya bahwa dalam melakukan pengukuran suatu obyek ukur diperlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan peralatan ukur dan kemampuan menginterpretasikan hasil pengukurannya.

Demikian juga halnya dengan pengukuran hasil belajar. Batasan pengukuran (measurement) telah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang asesmen pembelajaran. Secara garis besar, pengukuran adalah proses pemberian angka atau bentuk kuntitatif pada objek-objek atau kejadian-kejadian menurut sesuatu aturan yang ditetapkan.Artinya, proses pemberian bentuk kuantitatif dalam pengukuran dilakukan atas dasar ketentuan atau aturan yang sudah disusun secara cermat. Dengan demikian, bentuk angka atau bilangan yang dikenakan kepada objek yang diukur dapat mempresentasikan secara kuantitatif sifat-sifat objek tersebut. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikemukakan bahwa pengukuran pada padasamya adalah proses memberi bentuk kuantitatif pada atribut seseorang, kelompok atau objek-objek lainnya berdasarkan aturan-aturan atau formulasi yang jelas. Artinya, dalam memberiangka atau sekor pada subjek, objek atau kejadian harus menggunakan aturan-aturan atau formula yang jelas dan sudah disepakati bersama.Hal ini dimaksudkan agar angka atau sekor yang diberikan betul-betul dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari orang, obyek, kejadian yang diukur. Semakin jauh seseorang meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka semakin besar kesalahan pengukuran yang terjadi.

Untuk dapat melaksanakan pengukuran diperlukan alat untuk mengukur yaitu tes. Tes adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang memiliki jawaban yang benar. Pertanyaan atau pernyataan tersebut menuntut adanya keharusan orang yang diuji untuk menjawab dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari orang yang diuji tersebut. Dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut harus mengikuti aturan-aturan atau petunjuk yang sudah dirumuskan. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur karakteristik orang atau obyek tertentu dengan ketentuan atau cara yang sudah ditentukan.

Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut atau karakteristik seseorang, kelompok, atau objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Contoh hasil penilaian adalah penetapan lulus dan tidak lulus, kompeten dan tidak kompeten, baik dan tidak baik, memuaskan dan tidak memuaskan, dan sebagainya.

Salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan suatu program, baik dalam skala mikro maupun dalam skala makro, adalah evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program yang di dalamnya ada unsur pembuatan keputusan. Evaluasi pada dasarnya merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui suatu pengukuran, yang selanjutnya data dianalisis dan hasil analisis data tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan berbagai alternatif keputusan atau kebijakan yang relevan.

Lebih lengkap tentang penjelasan pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi, silahkan bapak ibu download file Modul 6 KB 1 tentang Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi di bawah ini :

Download Materi Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi

Demikian artikel tentang Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi.

Semoga bermanfaat.

Baca juga :

Materi Modul 5 KB 4 - Perencanaan Pembelajaran

 

UU 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, memberikan penekanan bahwa guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
MTs Arabic - Seseorang yang menginginkan kesuksesan dalam melaksanakan suatu kegiatan, tentu diawali dengan perencanaan yang baik. Kualitas suatu perencanaan, sangat menentukan optimalisasi pelaksanaan kegiatan. Seseorang yang melakukan kegiatan tanpa perencanaan dapat dipastikan akan menghasilkan kegiatan yang kurang optimal, atau bahkan cenderung mengalami kegagalan karena tidak memiliki acuan yang jelas.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Hasil belajar yang diharapkan tersurat pada konsep Slavin (1994), pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Menganalisis dari dua pengertian di atas mengandung makna bahwa “pembelajaran” merupakan suatu kegiatan kompleks yang harus didesain agar terjadi interaksi (dua individu yang berbeda karakternya) pada lingkungan belajar yang kondusif. Hasil interaksi tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi dan perubahan tingkah peserta didik sesuai masanya.

Pendidikan di Indonesia, perencanaan kegiatan belajar mengajar dikenal dengan konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Pengalaman empirik di beberapa sekolah, banyak guru beranggapan bahwa menyusun RPP tidak penting. Gejala ini dapat diidentifikasi, makin banyak guru yang copy paste, RPP beberapa tahun sebelumnya. Padahal kondisi dan karakteristik peserta didik berubah setiap semester. Bagi mereka, yang terpenting adalah mengajar dan siswa mendapat pelajaran. Pemikiran guru seperti ini, perlu dilurus. Hakikat jabatan profesional bahwa semua kegiatan jabatan dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dalam pembelajaran harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku jabatan. Dengan demikian sebutan guru profesional, memang layak disandang oleh guru.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru tidak menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Faktor penyebab guru tidak menyusun RPP antara lain tidak memahami dengan benar apa sesungguhnya hakikat RPP, bagaimana prinsip-prinsip penyusunan RPP serta apa pentingnya RPP disusun. Materi hakikat RPP ini akan memberikan pemahaman kepada bapak/ibu tentang apakah RPP itu? Bagaimana prinsip-prinsip penyusunan RPP? Dan mengapa RPP penting disusun oleh guru?

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 5 KB 4 tentang Perencanaan Pembelajaran di bawah ini :

Download Materi Perencanaan Pembelajaran

Demikian artikel tentang Perencanaan Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 5 KB 3 - Pengembangan Bahan Ajar

 

"Bahan ajar sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar"
MTs Arabic - Abad-21, yang merupakan abad pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi, sangat memungkinkan bagi para siswa, sebagai subjek belajar, dapat belajar apa saja, kapan saja, dan di mana saja, baik yang sengaja dirancang maupun yang tinggal diambil manfaatnya. Peran guru menjadi sedikit berubah. Guru menjadi bukan satu-satunya sumber belajar. Selain dirinya, guru dapat mengembangkan dan memanfaatkan beraneka sumber belajar untuk memfasilitasi belajar anak didiknya.

Dalam proses pembelajaran, di mana dalam belajar siswa dibatasi, “diikat”, atau dikontrol oleh tujuan-tujuan kurikuler dalam kurikulum, materi atau bahan yang dipelajari perlu dipilih dan disesuaikan dengan tujuan tersebut. Pada saat inilah peran guru dan bahan ajar menjadi penting dan urgen untuk memfasilitasi belajar siswa baik di sekolah maupun ketika belajar di rumah atau di manapun dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kurikuler yang telah ditetapkan.

Bahan ajar yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, jika dirancang dan dikembangkan dengan cermat dan sesuai prosedur yang benar mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran dan prinsip desain pesan yang efektif bagi proses belajar siswa, akan sangat efektif dalam menunjang atau memfasilitasi proses belajar mereka. Dengan bahan ajar siswa dapat mengulang mempelajari materi kembali di rumah.

Mengembangkan bahan ajar merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru (Sadjati, dalam Tian Belawati, 2003). Kemampuan itu harus diwujudkan dalam upaya menyediakan berbagai bahan ajar yang dibutuhkan siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan. Sebagai guru, sekaligus pengembang bahan ajar, guru merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam pengaturan penyampaian informasi dan penataan lingkungan dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan anak didik. Dalam mengembangkan bahan ajar, apapun bentuk dan jenisnya, Anda perlu mengacu pada sumber acuan utama yaitu tujuan kurikulum yang harus dikuasai siswa. Selain itu, ketika mengembangkan bahan ajar Anda juga perlu mempertimbangkan karakteristik siswa agar bahan ajar dapat dipelajari dengan baik oleh siswa.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 5 KB 3 tentang Pengembangan Bahan Ajar di bawah ini :

Download Materi Pengembangan Bahan Ajar

Demikian artikel tentang Pengembangan Bahan Ajar. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 5 KB 2 - Media Pembelajaran

 
"Kemampuan mengembangkan dan memanfaatkan media pembelajaran merupakan salah satu aspek kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan kompetensi pedagogik, pada gilirannya dapat meningkatkan aktivitas belajar lebih menarik, dan motivasi peserta didik."
MTs Arabic - Media pembelajaran diciptakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran awalnya berupa alat bantu visual untuk memberikan pengalaman konkrit dan motivasi belajar. Contoh alat bantu visual: gambar, model, objek dan lain-lain, pada awalnya media pembelajaran hanya berpusat pada alat bantu visual tanpa memperhatikan apek desain, pengembangan dan evaluasi. Untuk menghindari verbalisme karena alat bantu visual maka media pembelajaran dilengkapi dengan alat audio, sehingga media yang digunakan menjadi audio visual. Fungsi media pembelajaran terus berkembang, dimulai saat teori komunikasi pada tahun 1950 fungsi media pembelajaran yang semula hanya sebagai alat bantu mengajar berkembang menjadi penyalur informasi. Pada tahun 1960-1965 diciptakan media yang dapat mengubah tingkah laku peserta didik sebagai hasil proses belajar, buah pengembangan dari teori tingkah-laku (behaviorism theory) oleh B. F. Skinner. Teori ini digunakan dalam ranah pendidikan untuk mengubah tingkah laku peserta didik agar menjadi kebiasaan yang positif. Media instruksional terkenal yang dihasilkan dari teori ini adalah teaching machine dan programmed instruction. Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach). Mendorong digunakan media sebagai integral dalam program pembelajaran. Program pembelajaran direncanakan berdasar kebutuhan peserta didik dan karakteristik yang nantinya tingkah laku peserta didik akan diubah sesuai dengan tujuan yang akan di capai, menggunakan media yang telah di rancang secara seksama. Gurupun mulai merencanakan kegiatan pembelajaran dengan media yang dibutuhkan. Seiring berjalannya waktu peranan media pembelajaran meningkat muncul kekhawatiran jika media pembelajaran akan menggeser guru sebagai sumber belajar. Kekhawatiran ini dipicu dengan ditemukannya mesin cetak yang dapat menghasilkan buku teks sebagai salah satu sumber belajar. Padahal selain sumber belajar guru juga memberikan perhatian dan bimbingan secara individu terhadap peserta didik (Sadiman, 2014)

Menginjak abad ke-20 negara kita mengalami perkembangan era informasi yang sangat pesat. Media pendidikanpun mengalami perkembangan dari media pembelajaran sederhana seperti gambar, bagan, poster, rekaman suara menjadi multimedia pembelajaran berupa video pembelajaran. Penggunaan multimedia pembelajaran diawali dengan diudaranya Televisi Pendidikan oleh pihak swasta pada tahun 1991 (Susiliana & Riyana, 2008).

Di masa sekarang ini perkembangan Bentuk multimedia pembelajaranpun bervariatif. Video pembelajaran dikembangkan bukan hanya siaran televisi namun dibuat dalam bentuk DVD agar setiap sekolah dapat mempergunakan multimedia tersebut setiap saat. Sampai saat teknologi Komputer masuk ke dunia pendidikan kita. Teknologi ini menjadi gebrakan baru untuk membatu pembuatan media pembelajaran. Terbukti dari banyaknya bentuk media pendidikan yang dapat dihasilkan, seperti: presentasi power point, buku/materi pembelajaran berupa soft file, video pembelajaran, media pendidikan berupa Software dan lain-lain, kemudian media pembelajaran terus berkembang dengan adanya internet. Di internet kita dapat mengakses berbagai macam hal tidak terkecuali materi pelajaran. Internet secara non-formal menjadi salah satu media pendidikan bagi peserta didik, karena jangkauannya yang luas, kelengkapan informasi, mudah digunakan dan dapat menarik minat peserta didik dengan sendirinya.

Perkembangan media pada masa sekarang, sampai pada pemanfaatan media pembelajaran menggunakan smartphone (ponsel pintar). Smartphone merupakan teknologi terkini dalam bidang komunikasi. Dengan smart phone semua orang tidak hanya dimudahkan dalam komunikasi saja, tapi dapat berbagi informasi dengan mudah dan gambang terlebih karena ukuran smart phone yang kecil dan dapat dibawa kemana saja. Teknologi ini juga dilengkapi dengan fitur dan aplikasi yang dapat dikembangkan untuk dunia pendidikan. Aplikasi smart phone dapat dibuat dan dikembangkan untuk media pembelajaran, contoh bentuk media pembelajaran dari aplikasi smart phone adalah: aplikasi game edukatif, aplikasi materi pembelajaran interaktif, video tutorial.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berdampak pada kemudahan memperoleh informasi dan mengembangkan strategi pembelajaran. Banyak dan beragamnya informasi yang tersedia menuntut kemampuan seorang guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk menawarkan berbagai pengalaman kepada peserta didik sehingga mampu membangun pemahamannya di lingkungan sekitarnya. Guru perlu merencanakan dan mengelola lingkungan belajar yang menarik untuk memastikan bahwa para peserta didik merasa tertantang dan ingin berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Kesiapan guru dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar peserta didiknya. Strategi pembelajaran meliputi pemilihan model/metode pembelajaran, serta pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar. Oleh karena itu, guru perlu selektif dalam menentukan strategi mengintegrasikan media pembelajaran dan sumber belajar ke dalam pembelajaran.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 5 KB 2 tentang Media Pembelajaran di bawah ini :

Download Materi Media Pembelajaran

Demikian artikel tentang Media Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 5 KB 1 - Model-model Pembelajaran

MTs Arabic -  Proses pendidikan abad-21 dapat kita wujudkan melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang mendidik dan yang berkualitas sesuai paradigma pendidikan abad-21. Dalam paradigma tersebut, pembelajaran perlu kita selenggarakan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara holistik (utuh) melalui penggunaan atau penerapan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang lebih inovatif, berpusat pada keaktifan belajar siswa (student centered learning-SCL), kontekstual, serta memanfaatkan aneka sumber belajar dan teknologi pendidikan secara integratif dengan materi pembelajaran yang Anda ajarkan.

Berikut ringkasan materi model-model pembelajaran :

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran - Berikut ini penjabaran tahapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik (dalam Sufairoh, 2016:121-122).

Mengamati, merupakan kegiatan mengidentifikasi suatu objek melalui penginderaan, yaitu melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, dan peraba pada saat mengamati suatu objek menggunakan ataupun tidak menggunakan alat bantu sehingga siswa dapat mengidentifikasi suatu masalah.

Menanya, merupakan kegiatan mengungkapkan suatu hal yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan maupun tulisan dan dapat berupa kalimat pertanyaan atau kalimat hipotesis sehingga siswa dapat merumuskan masalah dan hipotesis.

Mengumpulkan data, merupakan kegiatan mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca buku, observasi lapangan, uji coba, wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain, sehingga siswa dapat menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.

Mengasosiasi, merupakan mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Pengolahan data dapat dilakukan dengan klasifikasi, mengurutkan, menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Bentuk pengolahan data misalnya tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik suatu simpulan.

Mengomunikasikan, merupakan kegiatan siswa dalam mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi.

Beberapa Model Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik (SCL) – Beberapa model pembelajaran yang mendukung pendekatan saintifik dan paradigma pembelajaran abad-21 diuraikan berikut ini.

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Secara umum Tim PKP Dikti (2007) menyebutkan ada empat tahap pembelajaran kooperatif yaitu:

Langkah Orientasi, guru menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, hingga teijadi kesepakatan bersama di akhir orientasi.

Langkah Kerja Kelompok, merupakan tahap inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat berbentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari dengan berbagai cara seperti berdiskusi, eksplorasi, observasi, percobaan, hingga browsing melalui internet, dan sebagainya. Guru perlu membuat panduan untuk mengarahkan kegiatan kelompok. Panduan memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggungjawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai.

Langkah Tes/Kuis, yaitu langkah di mana semua siswa diharapkan telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama dan mampu menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan keterampilan sosial.

Langkah Penghargaan Kelompok, yaitu langkah untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes individual. Menghitung skor yang didapat kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) - *Tabel Lengkapnya ada di file download

Model Pembelajaran Simulasi (Role Playing) - *Tabel Lengkapnya ada di file download

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 5 KB 1 tentang Model-model Pembelajaran di bawah ini :

Download Materi Model-model Pembelajaran

Demikian artikel tentang Model-model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Baca juga :

Thursday, December 3, 2020

Materi Modul 4 KB 2 - Kemampuan Awal Peserta Didik

MTs Arabic - Setiap masing-masing peserta didik hadir ke ruang kelas dengan membawa berbagai macam pengetahuan, keterampilan, keyakinan, dan sikap yang berbeda-beda yang mereka peroleh dari pengalaman-pengalaman terdahulu (Beyer, 1991). Perbedaan latar belakang inilah yang kemudian berimplikasi dan berpengaruh terhadap bagaimana peserta didik hadir di kelas untuk kemudian menafsirkan dan mengelola informasi yang diperoleh. Peserta didik pada hakekatnya belajar ketika mereka mampu menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan pengetahuan atau konsep yang telah mereka punyai atau ketahui. Perbedaan cara peserta didik di dalam memproses dan mengintegrasikan informasi baru dapat berakibat pada berbeda-bedanya pula mereka dalam mengingat (memorizing), berpikir, menerapkan, dan menciptakan pengetahuan baru. Kemampuan awal peserta didik tidak hanya berkaitan pula dengan pengetahuan atau materi mata pelajaran tertentu. Namun, kemampuan awal yang dimaksud dapat berupa pengetahuan dalam dimensi-dimensi yang berbeda, seperti misalnya proses metakognitif dan pemahaman diri {self-understanding).

Pengetahuan pada dasarnya bukan sekedar komoditas yang dapat ditransfer dari satu pikiran ke pikiran yang lain tanpa adanya transformasi (Bettencourt, 1993). Transformasi disini artinya adalah pemerolehan makna atau pun pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan atau pengalaman yang sudah diperoleh sebelumnya oleh peserta didik. Pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh peserta didik merefleksikan pentingnya kemampuan awal di dalam pembelajaran. Peserta didik pada hakekatnya bukan papan tulis kosong yang bias ditulisi apa saja oleh seorang guru. Peserta didik justru memiliki kemampuan yang cukup signifikan dalam menginterpretasi situasi pembelajaran maupun fenomena lebih dari yang kita sadari. Apa yang mereka pelajari dikondisikan oleh apa telah mereka ketahui atau pelajari.

Pengetahuan ini terdiri dari gabungan fakta, konsep, model, persepsi, keyakinan, nilai, dan sikap, yang beberapa di antaranya akurat, lengkap, dan sesuai dengan konteks yang akan dipelajari, namun beberapa di antaranya bisa jadi merupakan pengetahuan awal yang tidak akurat, dan tidak mencukupi sebagai pra-syarat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Idealnya, peserta didik membangun landasan pengetahuan yang kuat dan akurat sebelumnya, menjalin hubungan antara pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dengan pengetahuan baru yang pada akhirnya dapat membantu mereka membangun struktur pengetahuan yang semakin kompleks dan kuat. Namun, bisa saja terjadi peserta didik mungkin tidak mampu membuat koneksi ke pengetahuan sebelumnya yang relevan, dengan kata lain, jika pengetahuan itu tidak aktif, sehingga berimplikasi pada tidak terfasilitasinya integrasi pengetahuan awal ke pengetahuan baru. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal peserta didik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap desain dan pengembangan instruksional yang akan dilakukan oleh guru.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 4 KB 2 tentang Kemampuan Awal Peserta Didik di bawah ini :

Download Materi Kemampuan Awal Peserta Didik

Demikian artikel tentang Kemampuan Awal Peserta Didik. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 4 KB 3 - Gaya Belajar Peserta Didik

 
MTs Arabic - Bapak ibu guru apakah tahu jika setiap peserta didik memiliki “design otak”?. Otak setiap individu berbeda dengan individu lain seperti juga sidik jari. Beberapa peneliti telah menelaah tentang hal tersebut dan mulai mencari tahu mengenai gaya belajar peserta didik, dan fakta bahwa setiap individu belajar dengan cara yang berbeda dan memiliki preferensi yang berbeda mengenai dimana, kapan dan bagaimana kita belajar. Contoh-contohnya meliputi; kekuatan dan persepsi perseptual, kebiasaan memproses informasi, kecerdasan majemuk, motivasi dan faktor-faktor fisiologis.

Berikut ringkasannya :

Kekuatan dan persepsi perseptual – Peserta didik memiliki gerbang sensorik (visual, auditori, jasmani, dan kinestetik) yang mereka lebih suka gunakan dan mana yang mahir penggunaannya. Bobi de porter (2000) mengemukakan bahwa gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Dalam kenyataannya, kita semua memiliki ketiga gaya belajar itu; hanya saja biasanya satu gaya mendominasi (Rose dan Nicholl, 1997).
Kebiasaan memproses informasi – Bapak ibu selain peserta didik memiliki preferensi perseptual berbeda mereka juga memiliki gaya berfikir seperti yang diungkapkan Anthony Gregorc (1982) yang mengembangkan teori gaya berpikir berdasarkan dua variabel, yaitu bagaimana cara kita melihat dunia (bagaimana kita melihat dunia secara abstrak dan konkrit). Dan juga cara kita memahami dunia (dalam pemahaman sistematis dan acak).
Kecerdasan majemuk – Penting bagi Bapak ibu guru untuk mengenali semua kecerdasan peserta didik yang bervariasi. Jika guru menyadari hal ini, maka akan memiliki kesempatan untuk menangani masalah belajar secara tepat.
Motivasi – Bapak ibu pernahkah menjumpai ada peserta didik yang kehilangan semangat dalam pembelajaran, tidak fokus pada yang guru sampaikan? Salah satu pendekatan yang membantu memahami motivasi peserta didik adalah model ARCS dari Keller.
Faktor-faktor fisiologis - Bapak ibu guru faktor-faktor yang terkait dengan perbedaan gender, kesehatan, dan kondisi lingkungan juga mempengaruhi pembelajaran. Peserta didik lelaki dan perempuan cenderung merespon secara berbeda terhadap berbagai pengalaman sekolah. Misalnya peserta didik lelaki cenderung agresif dan kompetitif daripada peserta didik perempuan dan akibatnya respon lebih baik terhadap permainan kompetitif, sementara peserta didik perempuan cenderung lebih menyukai aktivitas belajar diskusi dan berbagi gagasan. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah hirarki kebutuhan dari Maslow saat menganalisis kebutuhan peserta didik. Jika kebutuhan dasar peserta didik seperti rasa lapar, suhu, kebisingan, cahaya, dan waktu dalam sehari tidak diperhatikan, secara mental kurang mendapat aktivitas belajar yang bermakna. Anda akan dapati bahwa para peserta didik anda memiliki preferensi dan toleransi yang berbeda terkait dengan faktor - faktor tersebut. Lingkungan menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mendukung agar suasana pembelajaran menjadi kondusif.
Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 4 KB 3 tentang Gaya Belajar Peserta Didik di bawah ini :

Download Materi Gaya Belajar Peserta Didik

Demikian artikel tentang Gaya Belajar Peserta Didik. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 4 KB 1 - Karakteristik Umum Peserta Didik

MTs Arabic - Tahukah Anda mengapa pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik? Uraian ini berusaha memaparkan pentingnya dan klasifikasi karakteristik peserta didik khususnya karakteristik umum peserta didik. Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik yang dimiliki peserta didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, dan Assesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas dasar ini sebenarnya karakteristik peserta didik harus menjadi perhatian dan pijakan pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik menurut Smaldino (2015: 40) secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu karakteristik umum, kemampuan awal dan gaya belajar.

Melalui kegiatan belajar ini akan diuraikan karakteristik umum peserta didik (Smaldino 2015: 40; Muhammad Yaumi (2013: 118) yang meliputi: gender, etnik, usia, kultural, status sosial, dan minat.

Berikut ringkasannya :

Gender dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran - Peserta didik dalam suatu kelas dilihat dari segi gender pada umumnya tidak homogen, bagaimana dengan kelas yang Anda beri pembelajaran? Jika kelas Anda heterogen atau terdiri dari peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan, tentunya memiliki karakter yang berbeda.
Etnik dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran - Negara Indonesia merupakan Negara yang luas wilayahnya dan kaya akan etniknya. Namun berkat perkembangan alat transportasi yang semakin modern, maka seolah tidak ada batas antar daerah/suku dan juga tidak ada kesulitan menuju daerah lain untuk bersekolah, sehingga dalam sekolah dan kelas tertentu terdapat multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya. Seorang pendidik tentunya dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan kondisi etnik dalam kelasnya.
Usia dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran - Usia yang dimiliki peserta didik akan berkonsekuensi terhadap pendekatan pembelajaran, motode, media, dan jenis evaluasi yang digunakan pendidik. Ketika pendidik menghadapi peserta didik Taman Kanak-kanak pada umumnya berusia 5-6 tahun, sudah tentu akan berbeda pendekatan, metode, dan media yang digunakan ketika menghadapi peserta didik Sekolah Dasar yang umumnya berusia 7-11 tahun, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama yang usianya berkisar 12-14 tahun dan juga peserta didik Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun, karena dilihat dari perkembangan intelektualnya saja jelas berbeda.
Kultural dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran - Setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan tentunya menjadi pendukung kebudayaan tertentu. Begitu juga peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Hal ini sangat dimungkinkan karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang masing-masing memiliki budaya, bahasa, dan etnis masing-masing. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural.
Status Sosial dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran - Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rizki seperti berupa pekerjaan, kesehatan, kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari berbagai status sosial-ekonomi masyarakat, Dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua, di kelas kita terdapat peserta didik yang orang tuanya wira usahawan, pegawai negeri, pedagang, petani, dan buruh. Dilihat dari sisi jabatan orang tua, ada peserta didik yang orang tuanya menjadi pejabat seperti presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, kepala desa, kepala kantor atau kepala perusahaan, Disamping itu ada peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi mampu, ada yang berasal dari keluarga yang cukup mampu, dan ada juga peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Minat dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran - Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Hurlock, E. (1990: 114) menyatakan bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. Apabila seseorang melihat sesuatu yang memberikan manfaat, maka dirinya akan memperoleh kepuasan dan akan berminat pada hal tersebut. Lebih lanjut Sardiman, (2011: 76) menjelaskan bahwa minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan orang tersebut.
Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 4 KB 1 tentang Karakteristik Umum Peserta Didik di bawah ini :

Download Materi Karakteristik Umum Peserta Didik

Demikian artikel tentang Karakteristik Umum Peserta Didik. Semoga bermanfaat.

Baca juga :

Materi Modul 3 KB 4 - Teori Humanistik

 

MTs Arabic - Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifak eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.

Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;

Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu; pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu; aktifis, reflektor, teori, dan pragmatis.
Habermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
Bloom da Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu; kognitif, psikomotor, dan afektif. 
Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (Meaningful learmng).

Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 3 KB 4 tentang Teori Humanistik di bawah ini :

Download Materi Teori Humanistik

Demikian artikel tentang Teori Humanistik. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 3 KB 3 - Teori Konstruktivistik

 

MTs Arabic - Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan kognitif-konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstruktivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah :

1. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
2. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi. 

Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 3 KB 3 tentang Teori Konstruktivistik di bawah ini :

Download Materi Teori Konstruktivistik

Demikian artikel tentang Teori Konstruktivistik. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 3 KB 2 - Teori Kognitif

 

MTs Arabic - Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Di antara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 3 KB 2 tentang Teori Kognitif di bawah ini :

Download Materi Teori Kognitif

Demikian artikel tentang Teori Kognitif. Semoga bermanfaat.

Materi Modul 3 KB 1 - Teori Behavioristik

 

MTs Arabic - Teori belajar behavioristik masih dirasakan manfaatnya dalam kegiatan pembelajaran. Selain teori ini telah mampu memberikan sumbangan atau motivasi bagi lahirnya teori-teori belajar yang baru, juga karena prinsip-prinsipnya (walaupun terbatas) terasa masih dapat diaplikasikan secara praktis dalam pembelajaran hingga kini. Walaupun teori ini mulai mendapatkan kritikan, namun dalam hal-hal tertentu masih diperlukan khususnya dalam mempelajari aspek-aspek yang sifatnya relatif permanen dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan secara ketat.

Secara ringkas, teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.

Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Lebih lengkapnya, silahkan bapak ibu download file Modul 3 KB 1 tentang Teori Behavioristik di bawah ini :

Download Materi Teori Behavioristik

Demikian artikel tentang Teori Behavioristik. Semoga bermanfaat.

Baca juga :

Website ini dilindungi oleh :

Followers

Fanspage MTs Arabic

Pengunjung MTs Arabic

Live Pengunjung

Indonesia Website Awards

Arsip MTs Arabic

Label

AKM AKSI Analisis Alokasi Waktu Analisis SKL-KI-KD MTs Arsip ATP Bahasa Arab MTs Arsip Bimtek Arsip Buku Kerja Guru Arsip ITHLA Arsip Kurikulum Arsip Kurikulum Darurat Arsip Literasi Digital MTs Arsip MGMP Arsip P3K Kemenag Arsip Pelatihan Arsip Piagam MTs Arabic Arsip PPG Arsip Rapot Arsip Soal Arsip Soal Google Form Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Bab 1 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Bab 2 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Bab 3 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Bab 4 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Bab 5 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 7 Bab 6 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Bab 1 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Bab 2 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Bab 3 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Bab 4 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Bab 5 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 8 Bab 6 Arsip Soal Penilaian Harian Kelas 9 Arsip Surat Arsip TP Bahasa Arab MTs Arsip Webinar Asesmen Madrasah Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bahasa Arab MTs Buku Kerja Guru 1 Buku Kerja Guru 2 Buku Kerja Guru 3 Buku Kerja Guru 4 Buku Pegangan Guru dan Siswa ClassPoint CP Bahasa Arab MTs CPNS Daftar Hadir Daftar Nilai Daya Serap Siswa Download E-Learning Bahasa Arab MTs E-Modul Bahasa Arab Evaluasi Diri Kerja Guru Fase D Hari Guru Nasional Ikrar Guru Indonesia Ilmu Nahwu Ilmu Sharaf Indikator Soal Bahasa Arab MTs Indonesia Website Awards 2021 Info Madrasah IPK Jadwal Mengajar Guru Jurnal Agenda Guru KBC Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 KI-KD Bahasa Arab MTs Kisi-kisi Soal KKM Bahasa Arab MTs KMA 183 Tahun 2019 KMA 347 Tahun 2022 Kode Etik Guru Kumpulan Soal Kurikulum Berbasis Cinta Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka MTs Literasi MATERI BAB 1 MATERI BAB 2 MATERI BAB 3 MATERI BAB 4 MATERI BAB 5 MATERI BAB 6 Materi Bahasa Arab MTs Media Pembelajaran Modul 1 Modul 2 Modul 3 Modul 4 Modul 5 Modul 6 Modul Ajar Modul Bahasa Arab Modul Bahasa Arab P3K Modul Pedagogik Modul Pedagogik P3K Modul Profesional PPG Motivasi Naskah Akademik Olimpiade Bahasa Arab Pelatihan Dugi Academy Pembelajaran Mendalam Pembiasaan Guru Madrasah Penilaian Akhir Semester Penilaian Akhir Semester Kelas 7 Penilaian Akhir Semester Kelas 8 Penilaian Akhir Semester Kelas 9 Penilaian Akhir Tahun Penilaian Harian Penilaian Tengah Semester Perangkat Pembelajaran Perbaikan Soal PPPK Program Semester Program Tahunan Quizizz Remedial dan Pengayaan RPP 1 Lembar SEMESTER 1 SEMESTER 2 Silabus Bahasa Arab MTs Soal AKM Bahasa Arab Soal Penilaian Tengah Semester Kelas 7 Soal Penilaian Tengah Semester Kelas 8 Soal Penilaian Tengah Semester Kelas 9 Tata Tertib Guru Tindak Lanjut Kerja Guru Tutorial Ujian Madrasah Wayground Wayground Arabic Wayground PAI Bahasa Arab