Teknik-Teknik Pengajaran Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam artikel ini, admin coba paparkan Teknik-Teknik Pengajaran Dalam Pembelajaran Bahasa Arab sebagai solusi dan upaya untuk guru Bahasa Arab dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Berikut penjelasannya.
A. Teknik Pengajaran Maharah al-Istima’
Menurut istilah, al-istima’ (menyimak) adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang disampaikan melalui ujaran atau bahasa lisan. Jadi, maharah al-istima’ (keterampilan menyimak) merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang untuk mengidentifikasi lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Teknik-teknik berikut dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
1. Dengar-ulang ucap
Model ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dibacakan atau berupa rekaman. Model ini disimak dan ditiru oleh siswa.
2. Dengar-tulis (dikte)
Dengar-Tulis (Dikte) mirip dengan Dengar-Ulang Ucap. Model ucapan yang digunakan dalam Dengar-Ulang Ucap dapat digunakan dalam Dengar- Tulis. Dengar-Ulang Ucap menuntut reaksi bersifat li san, Dengar-Tulis menuntut reaksi bersifat tulisan. Jadi sudah melibatkan kemahiran lain selain kemahiran menyimak.
3. Dengar-kerjakan
Model ucapan berisi kalimat-kalimat perintah. Siswa yang menyimak isi ucapan mereaksi sesuai dengan instruksi. Reaksi biasanya dalam bentuk perbuatan.
4. Dengar-terka
Guru menyusun deskripsi sesuatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Deskripsi dibacakan atau diputar rekamannya kepada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan saksama, kemudian menerka isinya.
5. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi mengucapkan kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir o1eh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diperluas.
6. Menemukan benda
Guru mengumpulkan sejumlah benda. Benda-benda tersebut sebaiknya sudah pernah dikenal oleh para siswanya. Benda-benda itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama sesuatu benda. Siswa mencari benda yang baru diucapkan guru. Bila bendanya sudah ditemukan, kemudian ditunjukkan kepada guru.
7. Bisik berantai
Guru membisikkan suatu kalimat kepada siswa yang paling depan atau pertama. Siswa tersebut menyampaikan kalimat tadi dengan cara membisikkannya ke telinga siswa berikutnya. Demikian seterusnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir mengucapkan kalimat tadi dengan suara nyaring. Atau boleh juga siswa terakhir menuliskan kalimat tersebut di papan tulis. Guru mencocokkan kalimat yang ditulis siswa dengan kalimat yang dibisikkan.
8. Menyelesaikan cerita
Misalnya dengan cara kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, maju ke depan kelas. Yang bersangkutan disuruh bercerita, judul bebas kadang-kadang juga ditentukan oleh guru. Setelah yang bersangkutan bercerita. misalnya baru seperempat bagian isi dipersilakan guru untuk duduk, Cerita tersebut dilanjutkan oleh anggota kedua. Anggota ketiga maju melanjutkan cerita itu. Bagian terakhir cerita diselesaikan oleh anggota keempat. Setiap siswa harus mendengar cerita dari kelompok sebelumnya untuk mampu melanjutkan cerita dengan baik. Di sini keterampilan menyimak berkembang menjadi keterampilan berbicara.
9. Identifikasi kata kunci
Setiap kalimat, paragraf ataupun wacana selalu memiliki sejumlah kata kunci yang dapat mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Menyimak isi kalimat yang panjang atau paragraf dan wacana yang pendek-pendek tidak perlu menangkap semua kata-katanya. Cukup diingat beberapa kata kunci yang merupakan inti pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat-kalimat utuh kita sampai pada isi singkat bahan simakan.
10. Identifikasi kalimat topik
Setiap paragraf mengandung minimal dua unsur. Pertama ialah kalimat topik, kedua ialah kalimat pengembang. Posisi kalimat topik mungkin di bagian depan, di bagian akhir paragraf. Bahkan sekali-sekali ditemukan juga kalimat topik di tengah-tengah paragraf. Memahami paragraf ataupun wacana yang dilisankan berarti mencari dan memahami kalimat topik setiap paragraf.
11. Menyingkat/merangkum
Menyimak bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan melalui penyingkatan. Menyingkat/merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin. Namun yang sedikit itu dapat mewakili atau menjelaskan yang panjang.
12. Parafrase
Suatu cara yang biasa digunakan orang dalam memahami isi sebuah teks simakan ialah dengan cara mengutarakan isi simakan dengan kata-kata sendiri. Bahan simakan yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Mereka menyimak isinya lalu mengutarakannya kembali dengan bahasa sendiri.
13. Menjawab pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan cara menyimak yang efektif ialah melalui latihan menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan bilamana yang diajukan kepada bahan simakan. Untuk memantapkan pemahaman melaksanakan cara ini maka latihan diadakan bertahap, satu demi satu dan terakhir semuanya sekaligus.
B. Teknik Pengajaran Maharah al-Qira’ah
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacan sandi (a recording and decoding process).
Muthala’ah merupakan upaya membaca teks dengan tujuan memahami yang dibaca, sedangkan qira’ah meliputi: membaca huruf-huruf hijaiyah (bagi pemula), membaca dengan suara nyaring (qira’ah jahriyah), dan membaca dalam hati (qira’ah shamitah).
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistic yang formal, dan menghubungkan kedua komponen tersebut dengan makna (meaning).
Ragam dari kemahiran membaca diantaranya: membaca mekanis dan membaca pemahaman, ragam membaca bersuara dan membaca diam, ragam membaca ekstensif dan membaca intensif, dan ragam membaca suplemen dan membaca model.
Teknik-teknik berikut dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.
1. Lihat dan baca
Model bacaan yang dilihat oleh siswa disusun dengan teliti oleh guru. Isi model ini dapat berupa fonem, kata, kalimat, kata-kata mutiara (mahfuzhat/amtsal), dan ungkapan. Guru perlu memberikan contoh pembacaan yang tepat agar siswa mempunyai contoh yang dapat ditiru. Saat siswa membaca sesuatu, guru memperhatikan ucapan, tekanan, dan jeda siswa.
2. Menyusun kalimat
Melalui kegiatan membaca siswa dapat belajar menyusun kalimat. Teknik pengajaran membaca melalui penyusunan kalimat melibatkan keterampilan membaca dan menulis. Ada tiga cara yang akan dibicarakan mengenai hal ini, yaitu : a. melengkapi kalimat, b. memperluas kalimat, dan c. subtitusi
3. Menyempurnakan paragraf
Suatu paragraf yang telah disusun oleh guru dihilangkan sebuah kata pada setiap kalimat. Paragraf ini kemudian diberikan kepada siswa untuk dibaca. Kemudian siswa mengisi kotak kosong dengan kata yang tepat.
4. Mencari kalimat topik
Kepada siswa diberikan suatu bacaan, dimana dalam bacaan tersebut terdapat kalimat yang berkaitan langsung dengan topik bacaan.
5. Menceritakan kembali
Bukti bahwa siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila yang bersangkutan dapat menceritakan isi bacaan itu kembali. Untuk sampai pada tujuan tersebut, maka pembaca harus dapat memilih dan menetapkan kata kunci, kalimat topik, struktur bacaan dalam bentuk skema dan menjawab pertanyaan siapa, apa, dimana, bilamana, mengapa dan bagaimana.
6. Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah bahan bacaan. Bila perlu guru menerangkan makna kata atau ungkapan-ungkapan yang dianggap sukar. Setelah itu siswa membaca kembali bacaan tersebut itu dengan teliti lalu mengekspresikan isinya dengan. katakata sendiri.
7. Melanjutkan cerita
Guru menyusun atau memilih suatu cerita yang cocok bagi siswa. Cerita itu dihilangkan sebagian. Bagian yang dihilangkan boleh permulaan cerita atau akhir cerita. Cerita yang sebagian itu diberikan kepada siswa untuk dibaca. Setelah siswa membaca cerita yang sebagian itu mereka ditugaskan melengkapi cerita. Cerita siswa kemudian dibandingkan dengan cerita aslinya. Guru dan siswa mendiskusikan tentang kecocokan atau ketidakcocokan kedua cerita itu.
8. Baca dan terka
Kecermatan membaca dan menangkap isi dalam Baca dan Terka sangat diperlukan. Tidak hanya isi yang tersurat kadang-kadang pun isi tersirat. Benda yang tersirat tidak pernah disebutkan namanya secara eksplisit. Karena itu diperlukan kejelian dan ketajaman pemahaman.
9. Membaca sekilas (skimming)
Membaca sekilas dilakukan untuk memperoleh kesan umum dari sesuatu bacaan. Bila yang dibaca daftar isi maka perhatian pembaca hanya kepada butir-butir yang dibicarakan. Bila yang dibaca bab suatu buku maka perhatian pembaca hanya kepada judul bab dan anak-anak judulnya untuk mendapatkan gambaran umum. Dalam membaca sekilas terkandung makna mencari inti sari bahan bacaan.
10. Membaca sepintas (scanning)
Membaca sepintas dilakukan untuk menemukan suatu informasi secara cepat. Informasinya sudah ditentukan sebelumnya. Membaca sepintas walaupun cepat harus teliti dan penuh kesiapan menangkap informasi.
11. SQ3R
Salah satu teknik pengajaran membaca yang dapat digunakan dalam kelas-kelas tinggi ialah metode telaah tugas atau SQ3R. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari Question, R1 adalah Read, R2 adalah Recite dan R3 adalah Review. Teknik atau metode SQ3R ini merupakan gabungan dari beberapa teknik pengajaran membaca yang sudah kita pelajari. Sesuai dengan jumlah butir yang ada pada SQ3R itu maka langkah pelaksanaan metode ini pun terbagi atas lima tahap.
Guru menugaskan siswanya untuk menelaah suatu buku. Dalam menelaah buku ini siswa melaksanakan langkah-langkah survei, bertanya, baca, menceritakan kembali dan meninjau kembali isi bahan bacaan.
12. Pembelajaran Individual (Individualize Instruction)
Salah satu teknik pengajaran yang tergolong maju dan modern ialah Individualize Instruction. Prinsip dasar yang mendasari teknik pengajaran ini ialah bahwa anak normal dapat belajar membaca dan dapat mempunyai sikap cinta membaca. Pengajaran membaca dengan metode atau teknik Individualize Instruction menantang siswa aktif, kreatif dan memecahkan persoalan sendiri. Siswa harus mempunyai motivasi membaca yang tinggi. Siswa harus dapat memilih bahan bacaan yang tepat. Siswa harus dapat mencari makna kosa kata yang sulit. Siswa harus membaca dengan kecepatan membacanya sendiri. Bila ada masalah siswa sendiri harus berusaha mengatasi masalah itu, bila diperlukan siswa dapat berkonsultasi dengan guru pembimbingnya.
C. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Atau dapat diartikan juga sebagai suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (almasmu’/audible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk bisa terampil dalam berbicara adalah empat kompetensi dasar, yaitu: kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana dan kompetensi strategi.
Tujuan pengajaran keterampilan berbicara diantaranya: mampu mengucapkan bunyibunyi Arab dengan benar dan intonasi yang tepat, mampu melafalkan bunyi huruf-huruf yang berdekatan, mampu membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek, mampu mengungkapkan ide dengan kalimat lengkap dalam berbagai kondisi, mampu berbicara dalam situasi formal dengan rangkaian kalimat yang sederhana dan pendek, serta mampu berbicara dengan lancer seputar topic-topik umum.
Ada berbagai macam teknik yang bisa dijadikan alternatif untuk mengajarkan maharah al-kalam yang direkomendasikan oleh para ahli sebagaimana yang akan dijelaskan berikut ini. Secara umum teknik-teknik berikut menyarankan supaya siswa belajar secara berpasangan atau dalam sebuah kelompok kecil. Belajar berbicara secara berpasangan atau dalam kelompok kecil disarankan karena akan melibatkan para siswa untuk menggunakan lebih banyak bahasa yang mereka miliki dibanding kalau guru menghadapi setiap siswa masing selangkah demi selangkah. Siswa yang belajar secara berpasangan atau dalam kelompok kecil juga mampu mengoreksi satu sama lain tanpa ada perasaan tidak nyaman. Para siswa juga tidak akan melakukan lebih banyak kesalahan atau meniru kesalahan siswa lain yang berbuat salah ketika mereka bekerja bersama dalam suatu kelompok kecil. Oleh karena itu, belajar kemahiran berbicara secara berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil adalah kegiatan pembelajaran yang sangat direkomendasikan. Ada beraneka macam teknik yang bisa digunakan untuk menciptakan konteks penuh makna untuk praktek berbicara dalam bahasa Arab, teknik-teknik pengajaran kalam dapat kita klasifikan ke dalam pengajaran kalam untuk tingkat pemula, menengah dan tingkat lanjut.
A. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Pemula
1. Ulang ucap (isma’ wa raddid/listen and repeat)
Tujuan pengajaran berbicara untuk tingkat pemula adalah supaya siswa terbiasa dengan pelafalan bunyi, menggunakan kosakata secara lisan, serta menguasai pola-pola dasar untuk bercakap. (Thu’imah, 1989: 38) Karena itu, pada tahap pemula, pengajaran berbicara dapat dilakukan sama dengan pengajaran menyimak, yaitu dengan melatih siswa mendengar lalu menirukan. Latihan mendengar dan menirukan ini merupakan penggabungan antara latihan dasar menyimak dan berbicara, hanya saja yang harus diingat adalah bahwa tujuan lanjutan dan akhir dari latihan mendengar dan menirukan untuk dua kemahiran tersebut berbeda.
2. Lihat dan ucapkan (unzhur wa qul/see and say)
Guru mempersiapkan sejumlah benda atau gambar benda untuk diperlihatkan kepada siswa. Benda yang diperhatikan sebaiknya benda yang biasa ada dalam lingkungan siswa. Benda tersebut disimpan dalam kotak. Kemudian guru mengambil satu demi satu dan memperlihatkannya kepada siswa yang kemudian melihat dan menyebutkan nama-nama masing benda.
3. Model dialog (hiwar/dialogue)
Pengajaran berbicara untuk tingkat pemula masih terbatas pada penghafalan model-model dialog (hiwar) bahasa Arab yang baik, dimana di dalamnya termasuk ungkapan-ungkapan dasar yang biasa digunakan dalam berkomunikasi seharihari. Karena pentingnya penggunaan hiwar untuk mengajarkan keterampilan berbicara, pada bagian akhir modul ini akan dijelaskan secara khusus bagaimana cara mengajarkan materi hiwar.
4. Tanya jawab (su’al wal jawab/question and answer)
Pengajaran keterampilan berbicara untuk tingkat pemula bisa juga dengan cara guru mengajukan beberapa pertanyaan lalu dijawab oleh siswa. Dari jawaban tersebut siswa bisa mempelajari cara memilih kata, mengembangkan kalimat dan menyampaikan ide/gagasan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan berbagai variasi, misalnya dengan cara guru meminta seseorang siswa untuk menanyakan sesuatu kepada temannya, lalu setelah itu siswa tersebut melaporkan jawabannya kepada guru, jadi tanya jawabnya berlangsung tiga arah.
5. Praktek pola kalimat (tadrib anmath/pattern practice)
Teknik ini terdiri dari pengungkapan pola-pola kalimat yang harus diulang-ulang secara lisan dengan berbagai cara. Teknik ini dilaksanakan dengan menggunakan stimulus-respon. Teknik ini sering juga dijadikan sebagai teknik penginternalisasian struktur bahasa.
6. Berbagi informasi (akhbir jarak/share yours)
Siswa menginformasikan kepada temannya tentang sesuatu yang dia ketahui, misalnya tentang keluarga atau hal-hal lain yang memungkinkan dia menggunakan kosakata, ungkapan dan kalimat yang sudah dia kuasai. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian.
7. Melengkapi kalimat (ikmal al-jumlah/completation)
Guru menyebutkan sebuah kalimat model. Siswa melengkapi kalimat itu atau memperluas kalimat itu dengan kata atau frase yang ditentukan oleh guru.
8. Menjawab pertanyaan (ijabah al-as’ilah/answering the questions)
Guru mengajukan sejumlah pertanyaan sederhana kepada siswa, misalnya mengenai identitas siswa, tempat tinggal, pekerjaan orang tua nya, dan sebagainya. Siswa diarahkan dan sedikit dipaksa agar berani berbicara (menjawab pertanyaan guru).
9. Bertanya (taqdim al-as’ilah/giving the questions)
Siswa juga perlu dilatih menyusun pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang sistematis dapat digunakan untuk menemukan sesuatu. Misalnya, guru atau siswa menuliskan nama sesuatu benda dalam kertas. Siswa lain mencoba menebak nama benda tersebut melalui sejumlah pertanyaan. Maksimal dalam pertanyaan yang kedua puluh yang bersangkutan sudah dapat menebaknya dengan tepat.
B. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Menengah
Kegiatan pembelajan kemampuan berbicara tingkat menengah sudah meningkat tingkat kesulitannya karena cakupan temanya sudah lebih luas dan sudah melibatkan tema tertentu atau sudah dikaitkan dengan ide atau gagasan pribadi siswa. Di antara teknik yang bisa digunakan untuk pengajaran keterampilan berbicara tingkat menengah adalah sebagai berikut:
1. Apa yang akan kamu lakukan? (madza ta’mal?/what will you do?)
Teknik ini sangat cocok untuk latihan pengungkapan perasaan pribadi. Guru meminta siswa mengungkapkan apa yang akan dia lakukan kalau dia melihat atau berada dalam sebuah situasi tertentu yang diberikan oleh guru.
2. Apa komentarmu (madza taqulu?/what do you say?)
Teknik ini juga sangat cocok untuk latihan pengungkapan perasaan pribadi. Guru meminta siswa mengungkapkan apa yang ia pikirkan tentang suatu tema atau situasi tertentu yang diberikan oleh guru.
3. Pertanyaan berantai (al-as’ilah al-musalsalah)
Guru terlebih dahulu mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Dari jawaban itu mereka diminta untuk mengungkapkannya kembali menjadi sebuah kesatuan cerita yang sistematis dan enak didengar. Untuk tujuan itu, guru harus terlebih dahulu merancang serangkaian pertanyaan yang jawaban-jawabannya akan membuat sebuah cerita utuh.
4. Reka cerita gambar (ta’bir mushawwar)
Siswa dapat dipancing berbicara melalui stimulus gambar atau gambar berseri. Guru mempersiapkan gambar benda tertentu seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal dan sebagainya. Gambar itu dapat pula sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar tersebut, hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
5. Bayangkan (takhayyal/imagine)
Teknik ini adalah bentuk latihan berfikir dan berimajinasi untuk penguatan kemampuan ta’bir. Misalnya siswa diminta untuk membayangkan bahwa dia lulus ujian dengan nilai terbaik, lalu seorang temannya mengajukan beberapa pertanyaan
6. Mendeskripsikan
Guru memberikan contoh deskripsi sesuatu benda tanpa menyebutkan nama benda tersebut. Melalui deskripsi itu diharapkan anak dapat menerka nama benda yang dideskripsikan. Kemudian siswa mendeskripsikan atau melukiskan sesuatu benda lain tanpa menyebutkan nama bendanya. Bila deskripsi dilisankan kepada orang lain, misalnya siswa lain, mereka dapat menerka apa isinya.
7. Membuat ikhtisar (talkhish al-nash/taking summary)
Siswa mendengarkan sebuah teks, setelah selesai mendengarkan, guru memilih salah satu siswa atau menyuruh seluruh siswa untuk meringkas secara lisan apa yang telah mereka dengarkan.
8. Pertanyaan menggali
Suatu jenis pertanyaan yang dapat mendorong siswa banyak berpikir dan menjawab lebih dalam ialah pertanyaan menggali. Jenis pertanyaan sering digunakan dalam ujian lisan dalam mengukur sampai dimana kedalaman dan keluasan pengetahuan peserta ujian. Dalam pengajaran berbicara jenis pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mendorong siswa berbicara banyak.
9. Melanjutkan cerita
Guru menyusun suatu cerita lalu disampaikan secara lisan kepada siswa. Cerita yang disampaikan baru sepertiganya, guru berhenti bercerita. Cerita dilanjutkan oleh salah seorang siswa. Siswa ini menghentikan ceritanya pada bagian tertentu. Kemudian tampil siswa yang lain melanjutkan cerita tersebut. Pada batas tertentu siswa kedua berhenti bercerita, lalu dilanjutkan siswa berikutnya sampai cerita selesai. Guru memastikan kesinambungan dan kelogisan cerita.
10. Cerita berantai
Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas. Cerita itu kemudian dibaca dan dihafalkan oleh siswa. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua. Kemudian siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam. Rekaman itu kemudian dituliskan kembali. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.
11. Menceritakan kembali
Guru menyediakan bahan bacaan yang agak panjang. Bahan itu diberikan kepada siswa untuk dibaca dan dipahami. Kemudian siswa tersebut disuruh menceritakan kembali isi bacaan yang dibacanya.
12. Percakapan (muhadatsah/conversation)
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua atau lebih pembicara. Dalam setiap percakapan selalu terjadi dua proses yakni proses menyimak dan proses berbicara secara simultan.
13. Dramatisasi
Melalui teknik dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan. Bermain drama jelas meningkatkan kemampuan berbicara seseorang pelaku. Pada dasarnya siswa senang mendengarkan cerita. Mereka juga ingin dan senang melihat pementasan suatu cerita. Bila diizinkan mereka juga ingin ikut aktif sebagai pemain. Guru perlu membantu siswa dalam mempersiapkan cerita yang akan dilakonkan. Gambaran isi secara keseluruhan, kemudian mengubahnya dalam bentuk drama. Kemudian memilih pelaku yang tepat.
14. Bermain peran
Cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-anak. Cara berbicara penjual berbeda pula dengan cara berbicara pembeli. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu pula. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku dan berbahasa sesuai dengan peranan orang yang diperankannya.
C. Teknik Pengajaran Maharah al-Kalam Tingkat Lanjut
Pada tingkatan ini pengajaran keterampilan berbicara sudah dalam arti yang sebenarnya, yaitu kemampuan untuk menuangkan ide dan gagasan secara kreatif dan alamiah tentang suatu tema tertentu, tanpa ada pembatasan yang luas dalam hal kosakata, strtuktur dan ungkapan-ungkapan. Karena pada tahapan ini siswa sudah mempunyai pengetahuan kebahasaan yang luas dan sudah bisa menggunakan struktur bahasa dengan benar.
Di antara teknik pengajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan pada tingkatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengarang lisan (ta’bir syafawi/oral composition) atau berpidato (khatabah)
Membuat karangan secara lisan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pelajar dalam mengutarakan pikiran dan perasaannya. Melalui kegiatan ini siswa dapat menunjukkan penguasaan kosakata, pemilihan kata-kata yang tepat, tata kalimat, dan tata bunyi seperti nada, irama, dan alunan suara. Karena itu, pengajaran kalam dengan teknik ini harus dipersiapkan dengan matang.
2. Bercerita (sard al-qishshah/telling story)
Bercerita atau menceritakan suatu cerita tertentu di depan kelas menuntut keterampilan berbicara. Gaya bercerita yang menarik, itonasi yang tepat, pengurutan cerita yang cocok dan sebagainya harus dikuasai benar-benar. Siswa pertama-tama disuruh memilh cerita yang disukai baik oleh pencerita maupun oleh pendengarnya. Siswa menyimak atau membaca dan menghafalkan cerita tersebut. Kemudian siswa itu bercerita tanpa teks, semuanya di luar kepada, kepada siswa lainnya. Melalui latihan bercerita ini siswa menambah dan mengembangkan keterampilan berbicaranya.
3. Menceritakan peristiwa atau pengalaman berkesan (khibrah mutsirah/interesting experience).
Teknik ini digunakan untuk memotivasi siswa mengungkapkan pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya berkaitan dengan suatu topik pembahasan.
4. Laporan pandangan mata
Teknik laporan mata dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Misalnya menceritakan suasana sekolah, kehidupan masyarakat, peringatan hari-hari besar islam di tempat tinggal mereka masing-masing dan sebagainya. Buku-buku yang dibaca dapat pula dilaporkan secara lisan.
5. Wawancara (muqabalah syakhshiyyah)
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengajaran berbicara. Pada hakekatnya wawancara adalah bentuk kelanjutan dari percakapan atau tanya jawab. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa digunakan sebagai teknik pengajaran berbicara.
6. Diskusi (munaqasyah)
Diskusi sering digunakan sebagai kegiatan dalam kelas. Dalam pengajaran bahasa pun sering digunakan. Teknik diskusi sangat berguna bagi siswa dalam melatih dan mengembangkan keterampilan berbicara. Tidak hanya itu, juga siswa turut memikirkan masalah yang didiskusikan. Misalnya kepada siswa diajukan suatu masalah, lalu mereka diminta untuk mengajukan pendapat apakah mereka setuju atau tidak dengan suatu ide yang diajukan beserta alasan masing-masing.
7. Memberi petunjuk
Memberi petunjuk mengenai sesuatu hal seperti menjelaskan arah, letak suatu tempat, cara mengerjakan sesuatu dan sebagainya yang memerlukan keterampilan berbicara kualitas tinggi. Mengapa? Karena petunjuk menuntut beberapa persyaratan. Petunjuk harus singkat agar mudah diingat. Petunjuk harus pula tepat agar tidak terjadi kesalahan menangkap atau memahami isi petunjuk.
8. Teknik lain yang bisa digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara pada tingkat lanjut adalah debat dan berbicara bebas tentang suatu masalah yang diusulkan.
D. Teknik Pengajaran Maharah al-Kitabah
Keterampilan menulis adalah kamampuan melukiskan lambang-lambang grafis dan mengolah nalar yang menggambarkan suatu, yang bertujuan mengungkapkan ide atau gagasan yang dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Tujuan seseorang membuat tulisan (karangan) adalah untuk rnengungkapkan fakta-fakta, perasaaan, sikap serta isi pikiran secara jelas dan efektif, agar pernbaca dapat menghayati tulisan tersebut sesuai dengan gagasan yang ada dalam pikiran penulis. Agar apa yang diungkapkan cukup bermakna, gagasan-gagasan yang disampaikan hendaklah disajikan sedemikian rupa sehingga menampakkan kalimat-kalimat yang apik (unified), jelas (clear), bermakna (significant), ekonomis (economical) dan mengikuti aturan tata bahasa yang dapat diterima (gramatically accepted). Kemampuan menulis memiliki aneka ragam diantaranya: (a) kemampuan menulis mekanis dan mengolah nalar. (b) kemampuan menulis huruf, kata kalimat, alinea, dan wacana. (c) menulis reproduktif (menyalin ulang), reseptif-produktif (menuliskan inti dari teks yang diberikan), dan produktif (menulis kreatif). (d) menyalin, dikte, mengarang. Pada tingkat insya hurr (mengarang bebas), materi dan orientasi tulisan pada umumnya berkisar Narasi (menggambarkan kronologis suatu peristiwa), Eksposisi (memberikan informasi), Deskripsi (menggambarkan sesuatu), dan Argumentasi (pengungkapan gagasan atau ide).
Teknik-teknik berikut dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.
1. Memperkenalkan karangan
Dalam taraf permulaan menulis paragraf atau wacana siswa perlu mengenal berbagai bentuk tulisan atau karangan. Dua cara dapat dilakukan untuk tujuan tersebut yakni: (a) Baca dan tulis. Guru mempersiapkan model tulisan yang relatif pendek seperti sebuah para graf. Model ini diperbanyak dan dibagikan kepada siswa. Siswa membaca model dan kemudian menyalinnya ke dalam buku latihannya. Salinan itu harus sama dengan model asli. Hasil kerja siswa diperiksa oleh guru. (b) Simak dan tulis. Teknik pengajaran Simak dan Tulis sama dengan teknik pengajaran Baca dan Tulis walaupun keduanya tidak sama persisi. Guru memper siapkan model karangan yang dilisankan kepada siswa. Siswa menyimak lalu menuliskannya dalam buku latihan mereka. Hasil pekerjaan siswa diperiksa oleh guru.
2. Meniru model
Guru mempersiapkan suatu karangan model yang akan dijadikan sebagai contoh dalam menyusun karangan baru. Karangan siswa tidak persis sama dengan karangan model. Struktur karangan memang sama tetapi berbeda dalam isi.
3. Karangan bersama
Suatu karangan dapat disusun oleh suatu kelompok bersama-lama. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusinya. Bahkan guru pun dapat ikut serta dalam kelompok itu. Objek karangan dapat berbagai hal. Benda-benda yang telah dikenal siswa atau juga tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi. Ruangan kelas yang mereka tempati pun merupakan objek karangan yang sangat membantu. Objek itu kemudian mereka amati dengan teliti;. ukurannya, letaknya, gunanya dan sebagainya diperhatikan dengan cermat.
4. Menyusun kembali karangan
Suatu karangan yang telah disusun oleh guru dikacau urutannya. Karangan yang kacau urutannya diberikan kepada siswa untuk disusun kembali agar susunannya baik seperti semula.
5. Menyelesaikan cerita
Guru memilih suatu cerita tertentu yang cocok dan sesuai bagi siswa. Guru pun dapat menyusun sendiri cerita itu. Cerita itu dihilangkan sete ngahnya di bagian akhir. Lalu diberikan kepada siswa bagian pertamanya untuk dibaca dan dipelajari. Kemudian siswa diinstruksikan untuk menyelesaikan cerita itu menurut jalan pikiran masingmasing.
6. Menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang disusun secara terarah dapat menghasilkan suatu karangan melalui jawaban yang tepat terhadap pertanyaan tersebut. Per tanyaan itu sebaiknya mengenai hal yang sudah dikenal atau diketahui oleh siswa. Misalnya mengenai riwayat hidup sendiri, peristiwa aktual dan sebagainya.
7. Meringkas isi bacaan
Mengarang dapat pula didasarkan kepada suatu bacaan berupa cerita pendek, wacana ataupun buku roman. Setelah siswa mempelajari bacaan siswa mencoba menuliskan rangkuman atau ringkasannya. Guru dapat menentukan sumber bacaan itu atau membebaskan siswa mencari sendiri bahan bacaannya.
8. Reka cerita gambar
Mengarang melalui media gambar merupakan satu teknik pengajaran menulis yang sangat dianjurkan oleh para ahli. Gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh ima jinasi. Karenanya, pemilihan gambar harus tepat, menarik dan merangsang siswa. Di samping gambar atau seri gambar dapat pula diketengahkan diagram, grafik, skema dan sejenisnya sebagai media untuk menulis suatu karangan. Mengarang melalui media gambar berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa.
9. Memerikan
Memerikan sesuatu artinya menggambarkan, memaparkan, melukis kan atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa yang mengamati atau memperhatikan sesuatu mengekspresikan pengamatannya dalam bentuk karangan tertu lis. Objek yang diperikan apa saja boleh mulai dari lingkungan kelas, sekolah, pemandangan, orang, tumbuhan, binatang dan sebagainya.
10. Mengembangkan kata kunci
Kata-kata kunci dapat dijadikan sebagai jembatan ke arah karangan. Teknik menulis dengan cara ini lebih dikenal dengan istilah teknik peng embangan kata kunci. Dalam pengajaran membaca siswa telah berlatih mencari kata kunci dari sesuatu bacaan. Secara terbalik sekarang hal itu dipraktekkan dalam latihan menulis.
11. Mengembangkan kalimat topik
Kalimat topik ialah isi paragraf yang dinyatakan dalam satu kalimat. Sifatnya masih umum atau abstrak. Pernyataan yang bersifat umum ini kemudian diperjelas oleh sejumlah kalimat pengembang atau kalimat penjelas. Pengajaran menulis dengan cara ini disebut teknik pcngem bangan kalimat topik.
12. Mengembangkan judul
Judul yang mungkin terdiri dari hanya beberapa kata harus dijabarkan menjadi beberapa kalimat topik. Kalimat topik yang diturunkan dari judul harus benar-benar relevan dengan judul. Kemudian kalimat topik itu disusun menurut susunan atau urutan yang tepat.
13. Mengembangkan kata-kata mutiara (amtsal/mahfuzhat)
Guru memilih sebuah peribahasa yang sudah diketahui siswa makna nya. Bila belum maka guru perlu menjelaskannya terlebih dahulu. Kemudian siswa mengembangkan peribahasa itu menjadi sebuah karangan singkat.
14. Menulis surat
Menulis surat adalah pekerjaan mengarang yang sering dilakukan orang. Para pelajar pun sering menulis surat, misalnya, kepada teman, sahabat pena, redaksi majalah, kepada guru, nenek dan sebagainya.
15. Menyusun dialog
Dialog atau percakapan adalah pertukaran pendapat antara beberapa orang mengenai sesuatu hal. Teknik penyusunan atau pengembangan dialog dapat digunakan bagi pengajaran menulis karena dialog sudah dikenal benar oleh setiap siswa. Dengan membayangkan suasana dalam percakapan yang biasa mereka lakukan maka dapat disusun suatu karangan yang bersifat dialog.
16. Menyusun wacana
Teknik menyusun wacana dalam pengajaran mengarang atau menulis merupakan teknik pengajaran menulis secara bebas. Siswa bebas dalam menentukan judul, bebas dalam menjabarkan judul menjadi kalimat topik, bebas melengkapi kalimat topik dengan kalimat pengembang sehingga tersusun paragraf. Akhirnya siswa pun bebas menyusun dan mengatur urutan dan posisi paragraf sehingga tersusun wacana yang baik.
Sumber : Aziz Fakhrurrozi & Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: Dirjen Pendis, 2012)
Semoga tulisan sederhana diatas bermanfaat dan menjadi referensi bagi para guru bahasa, khususnya guru bahasa Arab di Indonesia dalam mengamalkan esensi bahasa Arab dengan berbagai macam teknik yang beragam dan solutif dalam menghadapi peserta didik di abad 21 ini.
Salam literasi.
0 komentar:
Post a Comment