Pola Pikir Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
MTs Arabic - Pengembangan kurikulum Bahasa Arab di madrasah dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
1. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus difasilitasi untuk dapat belajar sesuai karakteristiknya sehingga memiliki pilihan-pilihan terhadap materi, media, metode pembelajaran dan learning style (gaya belajar) untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan;
2. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat lingkungan alam, sumber/media lainnya), yang diikat dengan hubungan simbiosis mutualisme, saling menyayangi dan tolong menolong dalam kebaikan untuk menggapai ridho Allah SWT;
3. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);
5. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim) guna memperkuat kemampuan kolaboratif peserta didik;
6. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia, sebagai basis penguatan literasi media peserta didik;
7. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8. Penguatan pola pembelajaran multi-disiplin (ilmu pengetahuan jamak);
9. Penguatan pola pembelajaran kritis dan solutif;
10. Penguatan pola pengondisian suasana kebatinan peserta didik yang memungkinkan peserta didik dapat menerima, merasa dan menghayati ajaran agama sehingga memunculkan kemauan kuat untuk mengubah diri sesuai ajaran yang diterimanya. Pengondisian dilakukan dengan upaya membersihkan diri dari akhlak tercela dan menanamkan akhlak mulia ke dalam jiwa peserta didik; dan
11. Penguatan pola pembelajaran religius dengan menjadikan nilai-nilai akhlak dan agama Islam yang moderat sebagai inspirasi cara berpikir, cara bersikap dan bertindak pada proses pembelajaran. Di samping itu, nilai-nilai agama Islam dijadikan sebagai pengikat pola hubungan guru-peserta didik, sehingga hubungan guru-peserta didik bukan hubungan transaksional-materialistik. Hubungan guru-peseta didik adalah hubungan yang diikat mahabbah fillah (kasih sayang dalam kebersamaan saling membantu) sebagai ibadah untuk secara bersama (guru-peserta didik) menuju ridho Allah SWT.
0 komentar:
Post a Comment