Tantangan Internal dan Eksternal Pembelajaran Bahasa Arab
MTs Arabic - Perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan dan tuntutan dunia global dewasa ini harus diantisipasi dan direspon oleh dunia pendidikan, khususnya madrasah. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta komunikasi membawa perubahan yang besar dalam pola dan gaya hidup umat manusia. Diperkirakan perubahan itu akan terus berjalan maju dan menuntut perubahan dalam cara pandang, cara bersikap dan bertindak masyarakat termasuk generasi penerus bangsa ini.
Kurikulum madrasah harus bisa mengantisipasi perubahan itu dan merespon tuntutan zaman yang selalu berubah. Kurikulum Bahasa Arab diarahkan untuk menyiapkan peserta didik madrasah mampu beradaptasi dengan perubahan sehingga lulusannya kompatibel dengan tuntutan zamannya dalam membangun peradaban bangsa.
Namun, realitas membuktikan untuk membangun peradaban bangsa yang sesuai itu diperlukan pemahaman terkait tantangan internal maupun eksternal, terlebih pada kurikulum Bahasa Arab yang termuat dalam KMA Nomor 183 Tahun 2019.
Dalam artikel ini, penulis coba share tentang pelbagai tantangan internal dan eksternal pembelajaran bahasa Arab, yang termaktub dalam KMA Nomor 183 Tahun 2019.
Secara umum, tantangan pada pengembangan kurikulum Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
Pertama, pelemahan minat, motivasi, dan spirit mempelajari bahasa Arab melalui stigmatisasi bahasa Arab sebagai bahasa yang sukar dipelajari dan dimengerti. Citra negatif bahasa Arab sebagai bahasa yang sulit dipelajari dan tidak menarik, menurut riset Fathi Ali Yunus di Mesir pada dekade 1980-an, antara lain, karena kolonialisasi Barat terhadap dunia Islam dengan agenda menjauhkan umat Islam dari bahasa Alquran.
Sebuah penelitian di Malaysia mengenai kesulitan belajar bahasa Arab di perguruan tinggi (2005) menunjukkan, penyebab kesulitan belajar bahasa Arab tidak disebabkan oleh substansi atau materi bahasa Arab, melainkan ketiadaan minat (100 persen), Tak memiliki latar belakang bahasa Arab (87 persen), materi/kurikulum perguruan tinggi (83 persen), kesulitan memahami materi bahasa Arab (57 persen), dan lingkungan kelas yang tidak kondusif (50 persen). Sebanyak 80 persen penyebab kesulitan belajar bahasa Arab adalah faktor psikologis, 77 persen di antaranya memiliki kesan negatif terhadap bahasa Arab.
Kedua, karena alasan pragmatisme dan deformalisme, penggunaan bahasa Arab fushha (standar, formal) di kalangan masyarakat Arab juga mulai berkurang frekuensi dan proporsinya. Dalam interaksi sosial kemasyarakatan, bahasa Arab cenderung digantikan dengan bahasa 'ammiyah (bahasa pasaran) atau dialek lokal (Saudi, Mesir, Suriah, Sudan, dll).
Ketiga, politik bahasa di Indonesia belum sepenuhnya memberi angin segar bagi eksistensi bahasa Arab. Melihat besarnya potensi peserta didik Muslim, idealnya bahasa Arab dapat dijadikan sebagai bahasa kedua di lembaga pendidikan Islam, mulai dari MI hingga PTAIN.
Keempat, pendidikan dan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia belum sepenuhnya memiliki landasan dan kerangka teoretik yang mapan, terutama dari aspek kurikulum dan metodologi pembelajarannya.
Adapun tantangan internal dan eksternal nya, pada pengembangan Kurikulum Bahasa Arab menurut KMA 183 Nomor 183 Tahun 2019 pada madrasah adalah sebagai berikut:
Tantangan Internal
(a) pembelajaran Bahasa Arab di madrasah masih cenderung strukturalistik, kurang fungsional dan kurang komunikatif. Perlu dikembangkan pembelajaran Bahasa Arab yang tidak berhenti pada kaidah Bahasa Arab akan tetapi juga pada keterampilan berbahasa Arab;
(b) Bahasa Arab memiliki peran yang penting sebagai alat memahami ajaran-ajaran agama Islam dari sumber otentiknya berbahasa Arab yang merujuk kepada al-Quran dan Hadis;
(c) penguasaan Bahasa Arab yang kurang, di samping menimbulkan kesalah pemahaman terhadap kitab suci, juga menurunkan minat mempelajari agama Islam dari sumber otentiknya seiring dengan kemudahan mengakses konten agama Islam secara instan melalui internet, media sosial dan kemajuan dunia teknologi informasi lainnya.
Karena itu kurikulum Bahasa Arab harus lebih mendalam dan meluas sehingga cukup membekali kompetensi literasi peserta didik. Secara konten dan penyajiannya dituntut bagaimana pembelajaran bahasa Arab disajikan dalam sistem yang komunikatif, ekspresif, fungsional, inspiratif, dan menantang, sehingga bahasa Arab dipersepsikan sebagai bahasa yang mudah dan menyenangkan namun tidak terlepas dari konteks budaya ke-Indonesiaan.
Tantangan Eksternal
(1) Bahasa Arab sebagai bahasa internasional saat ini juga mengalami perubahan yang cepat dan cenderung beragam, sehingga kecenderungan Bahasa Arab dengan pola fushha (baku) sudah bergeser dengan pola 'amiyah. (bahasa pasaran). Dengan visi Indonesia sebagai pusat studi agama Islam dunia maka pengembangan kurikulum Bahasa Arab harus dapat merespon kecenderungan tersebut, dengan mengorientasikan pembelajaran Bahasa Arab tidak hanya fusha namun juga dengan pola ‘amiyah yang komunikatif-fungsional sehingga dapat berperan dalam percaturan dunia global;
(2) Penutur Bahasa Arab lambat laun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Lebih dari 60 negara dan 350 juta orang menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Bahasa Arab tidak saja dijadikan sebagai bahasa “studi agama” akan tetapi juga dipakai sebagai bahasa ekonomi, pariwisata, politik dan keamanan global;
(3) Kemajuan teknologi informasi dalam menyediakan konten agama Islam secara instan menimbulkan kecenderungan rendahnya minat generasi muda menggali ilmu agama Islam dari sumber otentik yang pada umumnya berbahasa Arab.
Karena itu kurikulum Bahasa Arab juga dituntut dapat memotivasi dan membekali kemampuan peserta didik dalam ber-Bahasa Arab untuk mendalami ajaran agama Islam dari sumber otentiknya.
Kesimpulan:
Untuk itu, tantangan internal maupun eksternal pada pengembangan kurikulum bahasa Arab, khususnya di Indonesia harus dijadikan sebagai peluang yang dapat diubah menjadi prospek menjanjikan masa depan peminat dan pegiat studi bahasa Arab. Epistemologi keilmuan dan kurikulum perlu direkonstruksi dan diorientasikan kepada pemantapan kemahiran berbahasa secara produktif dan kompetitif di era global atau dikenal dengan era 4.0 ini.
Semoga informasi di atas membuka wawasan kita bahwa tantangan dalam pembelajaran bahasa Arab bersifat dinamis dan sesuai dengan kondisi zaman.
Sekian. Semoga bermanfaat.
Salam Admin,
0 komentar:
Post a Comment