Tujuan Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
MTs Arabic - Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan juga merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan dan proses pendidikan tidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran. Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi guru.
Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Namun, kurikulum haruslah direncanakan agar pengaruhnya terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya. Adapun hasil–hasil belajar tersebut haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, relevan dengan kebutuhan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, sesuai dengan tuntutan minat, kebutuhan dan kemampuan para siswa sendiri, serta sejalan dengan dengan proses belajar para siswa yang menempuh kegiatan-kegiatan kurikulum.
Pengembangan kurikulum Bahasa Arab dalam KMA Nomor 183 Tahun 2019 bertujuan mempersiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Arab sebagai alat komunikasi global dan alat untuk mendalami agama dari sumber otentik yang pada umumnya menggunakan Bahasa Arab dan melalui proses rantai keilmuan (isnad) yang terus bersambung hingga sumber asalnya yaitu al-Qur’an dan Hadits.
Perkembangan kurikulum pendidikan bahasa Arab diyakini sebagai cara strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan yang idealnya berorientasi untuk memenuhi tuntutan pembangunan dan juga untuk merespon tantangan globalisasi dengan tetap mempertimbangkan proporsionalitas keduanya.
Dalam pengembangan kurikulum bahasa arab, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Seorang guru harus memulai pembelajaran bahasa arab secara lisan
Pembelajaran bahasa merupakan suatu hal yang berhubungan dengan lisan, bibir dan telinga. Untuk menguasainya diperlukan usaha yang serius dan tidak hanya berputar pada masalah tulisan dan pengamatan saja, tetapi harus mengetahui seluruh media dan penggunaannya bukan dengan mengetahui buku dan menunjukkan daftar kalimat.
Metode pertama merupakan metode pengajaran bahasa yang dnamis, progresif dan aplikatif. Adapun metode kedua, merupakan metode pengajaran klasik yang pasif, statis dan non aplikatif. Berbagai riset dan eksperimen masa kini yang dilakukan dalam pengajaran berbagai bahasa telah membuktikan kebenaran dan pentingnya penggunaan metode yang pertama. Metode ini pada awalnya dipakai pada masa lalu, yang kemudian tenggelam dalam kurun waktu yang lama hingga kemunculan seseorang yang bernama Govin salah seorang peneliti berkebangsaan Perancis yang mengembangkan metode ini untuk kedua kalinya dan pada akhirnya, namanya dinisbatkan menjadi nama metode tersebut yaitu Metode Govin.
b. Pemberian kosakata harus disertai makna dalam bahasa aslinya
Seorang guru tidak boleh menyebutkan arti kosakata bahasa yang diajarkannya dalam bahasa lain. Contoh: kosakata bahasa arab tidak boleh diartikan dalam bahasa indonesia atau yang lainnya, melainkan jika dalam keadaan mendesak. Sehingga dalam penulisan kosakata dan berkomunikasi, peserta didik tidak perlu berpikir tentang arti kosakata tersebut dalam bahasa indonesia atau bahasa yang lain lalu memberikan terjemahannya kedalam bahasa arab menurut pikiran mereka. Metode ini biasa disebut dengan metode langsung La Methode Directe. Dinamakan demikian karena dalam metode ini seorang guru mengguankan bahasa arab secara langsung tanpa perantara bahasa asli (bahasa indonesia atau bahasa daerah). Metode ini disebut juga dengan metode modern, oral method, natural method, correctional method, metode Govin atau metode Berlits. Metode inilah yang harus dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa arab atau bahasa asing lainnya.
c. Memberikan banyak ungkapan bukan sekedar kata-kata
Ini merupakan medan yang akan dilalui oleh seorang guru dalam mengajarkan bahasa. Maka seorang guru harus mengetahui asal-usul setiap kosakata baru dari segi strukturnya sehingga memungkinkan bagi peserta didik untuk terbiasa dengan penggunaan kosakata tersebut pada tempat yang cocok sesuai dengan maknanya dan terhindar dari kesalahan penggunaan.
d. Tidak dibenarkan mengajarkan sesuatu bahasa asing kepada peserta didik kecuali setelah mereka mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bahasa ibu (bahasa asalnya)
Kebanyakan pakar pendidikan sepakat dengan permulaan pengajaran bahasa baru (asing) pada usia sepuluh tahun, dan tidak memulainya sebelum usia tersebut dengan tujuan menghindari ketidakoptimalan hasil pembelajarannya.
Adapun hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum bahasa arab adalah:
1. Memperhatikan materi muhadasah (percakapan), karena materi ini merupakan modal terbaik bagi seorang guru untuk bisa berhasil dalam pengajaran kaidah bahasa.
2. Memperbanyak materi muthala'ah (bahan bacaan), muhadasah (percakapan) dan hafalan pesera didik ungkapan-ungkapan singkat dan mudah sebelum memulai pelajaran kaidah bahasa sehingga guru mampu mengajar dengan menggunakan metode ilmiah yang didasarkan pada ungkapan yang tepat.
3. Mengggunakan metode deduktif. Dalam pengajarannya seorang guru memulai materi dengan memberikan contoh-contoh yang diambil dari guru dan peserta didik kemudian secara perlahan peserta didik dibimbing dan diarahkan kepada pengambilan suatu definisi atau kaidah tertentu.
4. Contoh-contoh yang diberikan harus dalam bentuk kalimat sempurna (jumlah tammah), karena arti dan maksud setiap kata hanya bisa dipahami ketika diletakkan pada kalimat sempurna (jumlah tammah).
5. Memotivasi peserta didik untuk tidak menghafal definisi dan contoh-contoh yang terdapat dalam buku pegangan secara letter leg (text book), karena hal itu bisa mematikan kreatifitas berpikir dan menyebabkan terbuangnya waktu secara percuma.
6. Memberikan contoh-contoh kontemporer dan memiliki makan mendasar yang jelas, terang dan mencakup tiap-tiap definisi kaidah.
7. Menugaskan peserta didik untuk memberikan contoh dari mereka sendiri yang mengacu kepada kaidah atau definisi yang telah diketahui dan dipahami.
8. Memberikan latihan kepada peserta didik dalam buku latihan mereka yang dikoreksi langsung oleh guru yang bersangkutan.
Hal ini penting diadakan mengingat beberapa kegunaaan:
a. menumbuh kembangkan kebebasan berpikir dan berbuat bagi peserta didik.
b. Peserta didik terbiasa untuk menggunakan waktunya untuk kegiatan-kegiatan positif.
c. Membantu peserta didik dalam mengulang materi pelajaran yang telah diberikan.
d. Guru mampu membuat skala prioritas dari setiap kegaitan hariannya.
e. Wali murid memiliki kesempatan untuk mengawasi kegiatan dan perkembangan anaknya.
f. Memperluas khazanah keilmuan peserta didik.
9. Tidak dibenarkan mengajarkan seluruh materi yang bersangkutan dengan suatu bahasan tertentu pada satu waktu, karena hal ini akan menyebabkan terbuangnya waktu peserta didik secara percuma.
0 komentar:
Post a Comment