Pembelajaran Abad 21 dan Implementasinya
MTs Arabic - Di Abad 21 telah lahir gerakan global yang menyerukan model pembelajaran baru. Para pakar pendidikan sepakat bahwa pendidikan harus diubah untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Perubahan ini penting untuk memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang dibutuhkan dalam mengatasi tantangan global yang kompleks. Pendekatan tradisional yang menekankan pada hafalan atau penerapan prosedur sederhana tidak akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis atau kemandirian peserta didik. Setiap individu harus terlibat dalam pembelajaran berbasis inkuiri yang bermakna, memiliki nilai kebenaran dan relevansi, untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan peserta didik.
Pembelajaran abad 21 sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar. Pembelajaran di abad 21 menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan di bidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir. Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar peserta didik dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.
Pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Adapun penjelasan mengenai framework pembelajaran abad 21 sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), adalah kemampuan berpikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah. Peserta didik dilatih untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah;
2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills);
3. Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih peserta didik untuk berkolaborasi dan bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antaranggota;
4. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif; dan
5. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy) untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari.
Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara dengan menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Internet sangat membantu manusia dalam berkomunikasi. Saat ini banyak media sosial yang digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Melalui smartphone yang dimilikinya, dalam hitungan detik, manusia dapat dengan mudah terhubung ke seluruh dunia. Oleh karena itu, peserta didik hams mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Pada masa pengetahuan (knowledge age) seolah-olah semuanya tergantung pada teknologi informasi dan komputasi, namun ada beberapa hal pada pembelajaran yang dapat dilaksanakan tanpa menggunakan teknologi tersebut. Meskipun teknologi informasi dan komunikasi adalah katalis penting untuk memindahkan pembelajaran dari masa industri (industrial age) ke masa pengetahuan (knowledge age) namun hal tersebut merupakan alat bukan penentu hasil dalam proses pembelajaran. Dalam kontek perkembangan IPTEK ini, guru dituntut peran lebih dalam pembelajaran dari sekedar memahamkan peserta didik karena peran ini sudah banyak diambil alih oleh teknologi, tapi guru harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu, harapan (ekspektasi) yang tinggi, menjadi teladan, dan menjadi inspirasi bagi semua peserta didik.
Pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam mencapai kecakapan abad 21 harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif dan tidak monoton. Metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Penguasaan satu kompetensi ditempuh dengan berbagai macam metode yang dapat mengakomodir gaya belajar peserta didik auditori, visual, dan kinestetik secara seimbang sehingga semua peserta didik mendapatkan kesempatan belajar yang sama;
2. Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kemampuan berpikir kritis tidak dapat dilakukan dengan proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat pada guru, akan membelenggu kekritisan peserta didik dalam mensikapi suatu materi ajar;
3. Pembelajaran yang memanfaatkan berbagai multisumber. Peserta didik menerima materi dari satu sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat mengkritisi. Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan mendalami materi dari sisi yang berbeda dan menyeluruh;
4. Pembelajaran yang menghubungkan ilmu dengan dunia nyata. Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak peserta didik melihat kehidupan dalam dunia nyata, tetapi dengan memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar peserta didik. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh peserta didik. Menghubungkan materi dengan praktik sehari-hari dan kegunaannya dapat meningkatkan pengembangan potensi peserta didik;
5. Menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran;
6. Pembelajaran berbasis projek atau masalah;
7. Keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections);
8. Fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh peserta didik;
9. Menggunakan pembelajaran kolaboratif yang mendorong partisipasi peserta didik dan terbangun hubungan yang baik dalam pembelajaran;
10. Membudayakan kreativitas dan inovasi;
11. Menggunakan sarana belajar yang tepat;
12. Menggunakan media visual untuk meningkatkan pemahaman; dan
13. Menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri sendiri.
Demikian tulisan singkat terkait paradigma pembelajaran abad 21 dan implementasinya yang diambil dari Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab halaman 51 - 54.
Semoga dapat menambah literasi para guru di madrasah, khususnya guru bahasa Arab sebagai pedoman dalam mengimplementasikan framework pembelajaran abad 21 ini dan memfasilitasi peserta didik dalam mencapai kecakapan abad 21 dengan kriteria yang sudah disebutkan di atas.
Salam Admin,
0 komentar:
Post a Comment